Senin, 20 Agustus 2012

Kekasih Rembulan



Tempat bunga entah pantas disebut vas. Tagore malang melumpuhkan kaki sendiri setelah perjalanan malamnya. Berkacak pinggang memelototi rembulan yang dia bilang seperti tatapan kekasihnya. Ia membanting  tubuh di atas tumpukan jerami mengamati pelampiasan mendung. Tagore kuyup bermandi cahaya. Dalam masa yang paling lambat, sebuah fatamorgana, slow motion tarian kekasihnya.  Menarik-ulur matanya nanar. Diguncang-guncangkan kepala dengan pukulan tangan. Ia lihat Jatayu gagah merebahkan sayap, seakan menunggu untuk mengantarkan Tagore mencari Sintanya.
Tagore benar-benar ‘si muda yang payah’. Menderita skizofrenia akut yang hingga akhirnya meringkukkan dalam pasung yang dipahat ayahnya sendiri. Ia memang harus di’penjara’kan, lantaran sering mencuri bra tetangga. Akunya, dari beberapa yang dia curi, "aku temukan aroma kekasihku".  Dia belum gila.
"Menunggu gerhana", itulah yang dikatakan pada tiap orang yang menemukannya duduk di atas pagar pekarangan rumah. Saat srigala melolong kuat-kuat, kekasihnya lantas muncul dengan tiba-tiba. Ia bahkan tak sadar berapa tahun lagi gerhana yang dinanti akan terjadi. Badan ahli meteorologi dan geofisika mengatakan gerhana malam yang terdekat terjadi limapuluh tahunan lagi. Bahkan juga ia yakin akan segera menjemput ajal. Tapi jika ahli itu salah dan tiba-tiba memang terjadi gerhana tanpa diduga, pun mana mungkin kekasihnya benar-benar akan datang. 
Pagi,
Siang itu terik sekali, tidak biasa. Seakan sembilan matahari bertengger di angkasa.

Tidak ada komentar: