Ratusan Cara
Mencintai
Antologi Puisi
Maghfur Amin
Mana mungkin nafas Tuhan mendengkur
tanpa sadar membesut rembulan bercahya,
Mana mungkin Tuhan bersendawa saja mengilatkan
sinar matahari panas mengecupi segala tata surya,
Mana mungkin gerak lentik jemari-Nya
mengupil tanah menebar manusia dan membenam di bumi bahkan luar buana,
Mana mungkin?, Tuhan memang terlalu
sadar bagi hamba..
“AKU, adalah pusat, dunia dan segala
mengitari. Tak ada yang bisa menyakiti.
AKU sembunyi semua menemukanku. Dan temuku pada diri adalah AKU.”
“jadilah dirimu sendiri!”
“ingin mempermainkanku?”
“kenapa?”
“iya, kenapa aku ingin menjadi orang lain?”
“tentu saja kautak bisa
menjadi aku”
“lantas?”
“entahlah, aku hanya
bingung dengan diriku sendiri”
Aku
adalah sekarang,
sekarang
adalah aku,
aku
adalah?, sekarang adalah?,
adalah
aku, adalah sekarang,
adalah
aku sekarang,
adalah
sekarang aku,
aku
sekarang adalah?,
sekarang
aku adalah?.
terserah
Aku
Tubuh buru bagai parodi
Terantai tak kalah rodi
Digerai dalam terik bagai padi
Dicambuk dilepaskan tulang-tulangnya, dicincang
daging-dagingnya, diremah otot-ototnya, dikuras darah-darahnya, tapi hatinya
telah kumasukkan peti
Untukmu dan begitu aku terus mencintaimu.
“Merapal rasuk redam sukmaku
yang kapal. Jejak paling tandas jadi langkah paling kandas. Jelma jangkar
tumpul, AKU kalam yang karam.”
“Aku adalah kasturi yang berfermentasi hingga hampir serupa tuak, yang
kubutuhkan adalah lentera untukku menari di atas altar penyucian, untuk
bercumbu lagi dengan harum kasturiku...”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar