Aku lahir bertakdir
Pembunuh
Menetas dari cangkang amarah
Danau merah penuh darah
Di pelataran dada
Picu senapan adalah nyanyian kemenangan,
bukan bagiku
Tiap kali melesat,
Pada angin aku kibarkan kabar,
“lesatkanlah aku diruang hampa!”.
Hingga malaikat berkabar,
Tuhan mensucikan khilafku
Terlahir sebagai pembunuh.
Bantul, 12 April 2013
Waktu I
Yang paling pisau adalah waktu
Seperti Soekarno tertulis dalam buku-buku
Waktu II
Adakah yang lebih kejam?
dari waktu menelan dewasa
melumpuhkan kekuatan saat usia
membawa pasukan bernama tua dan lansia
Adakah yang lebih sadis?
Dari waktu menggelar liang-liang
di ujung pemukiman
kita ditidurkan dengan jerit
terdengar kelelawar
dan jangkrik.
Bantul, 18 Mei 2013
BAPAK PRESIDEN YANG
TERHORMAT
: Agus Noor
Sulit sekali bertemu
Dengan orang nomor satu.
“Apakah engkau sedang bertapa
Hingga mencapai moksa?”
Keberadaanmu sepertinya tak menapak
Di bumi manusia,
Manusia yang ramah,
Tapi kosong kantongnya.
Aku bertandang ke Jakarta,
Babak belur muka,
Tabungan melayang,
Untuk mengabarkan:
“selamatkanlah kami
Dari bahaya ngekos,
Karena kantong kami tipis,
Dan rencanamu menggusur,
Tundalah, tunggu sampai aku kaya”.
Bantul, 10 Januari 2013
Suara I
Merintih nyaring di telinga,
Anak yatim ku ambil jantungnya.
Bantul, 05 Januari 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar