Senin, 30 September 2013

BAG IV
 
“Alirkan rindu hantam hatimu! Takkan tangisi sesak ini, sayang. Lukaku tak terlalu mendung banjiri kawah dadamu yang mengapi. Resamku melarung. Tak padamkan golakmu sampai bara-bara.”


Wahai hanin.,
Hatiku merindu,
Membayang ratu malam atas lautan hatiQ., tanpa ombak tenang, karena rembulan sudah kutelan dalam mata ikan-ikan yang merelang., lalu aq meneguk garamnya sendiri, karenanya aq tiba-tiba menyala dalam kebiruan dan jingga,
Kau merasuk dalam rasuk, merasuk ke dalam terdalam..


“Aku tak mampu mengerti sajakmu. Karena takutku akan keraguanku. Lalu apalah arti untaian rasa tanpa bisa aku merasa?”


 
Suara-suara alam keagungan mahligai malam.,
Mendengar kepak dan bisik sendawa angin.,
Setengah kelaparan badai menyantap daging-daging gemintang masih janin.,
Bakal matahari sempurna, keperakan untuk esok yang renta..


Purnama nanti aku memelukmu meminjam sayap merpati.,
Kau akan mengerti rinduku yang belum terobati,
Hingga bulu-bulu memenuhi haribaanmu aku tetap mendekap, aku tak ingin kaumengerti,
Jika kau mengerti, aku pura-pura kautak mengerti,
Meski mengerti sedang berpura-pura, kuanggap kau tetap tak mengerti,
Tetaplah kaudengan rinduku tak mengerti.


 

“Kapan lagi aku bisa memejamkan mata dan kauterlihat tanpa batas denganku.,
Kuceritakan keraguan dan yakinku, rebah dalam lembutmu dan mengurai senyum yang entah karena apa..
Menjadi diriku adalah dirimu meski tak mungkin seperti itu.,
Bukankah kita telah menyatu sebelum jamah menyentuh kasat mata.,?”

“Seandainya aku yakin untuk merebahkan keyakinanku pada keyakinanmu, bisakah kaumeyakinkan bahwa keyakinanku itu tak keliru?
Seandainya aku memberi ruang untukmu dalam sebagian kontrak hidupku, bisakah kaumemberi ruang yang sama luasnya, dalam celah-celah waktumu?”

“titik [.] seperti dia kauhentikanku menikmati detik,
Aku mencari segala celah waktuku menemukanmu tanpa ketik,
Tanpa spasi menjagamu dalam terdekat,
Tanpamu tak akan kumulai lagi satu kalimat.”

 
Selimuti, aku kedinginan..
Seakan malam balas dendam padaku membiarkan aku merindu,
Dan kau sambil begitu indah menyusupi mimpiku,
Pagi ini aku mengingat-ingat semestinya, itu bukan mimpi,
Kau begitu nyata,

Aku yakin itu dirimu,
Karena kusentuh jemarimu,
Kugenggam tanganmu,
Kurangkul
Kupeluk
Kudekapkan ke tubuhku
Kutebarkan rinduku,
Kau nyata begitu..                           

Lebih nyata mampang dalam mimpiku kaumenjelang,
Bak fajar mampu kukejar,
Lepas semua tabir aku tak tahu kenapa kaubertakbir,
Apa kau lebih khusu’ ber’telanjang’di mataku yang nyalang..?



Memudar di bantal-bantal sandarku pada impian,
Aku lebih sadar dari terjaga mimpi kesekian,
Jika aku punya sayap bukankah itu khayalan, Sayang?
Jika aku bisa terbang pasti kauanggap itu bualan, Sayang..
Padahal aku yakin rasa ini: sayang.

Lanjut Ke >>>BAG V

Tidak ada komentar: