“Alirkan rindu hantam hatimu! Takkan
tangisi sesak ini, sayang. Lukaku tak terlalu mendung banjiri kawah dadamu yang
mengapi. Resamku melarung. Tak padamkan golakmu sampai bara-bara.”
Wahai hanin.,
Hatiku merindu,
Membayang ratu malam atas
lautan hatiQ., tanpa ombak tenang, karena rembulan sudah kutelan dalam mata
ikan-ikan yang merelang., lalu aq meneguk garamnya sendiri, karenanya aq
tiba-tiba menyala dalam kebiruan dan jingga,
Kau merasuk dalam rasuk,
merasuk ke dalam terdalam..
“Aku tak
mampu mengerti sajakmu. Karena takutku akan keraguanku. Lalu apalah arti
untaian rasa tanpa bisa aku merasa?”
Suara-suara alam keagungan mahligai malam.,
Mendengar kepak dan bisik sendawa angin.,
Setengah kelaparan badai menyantap daging-daging
gemintang masih janin.,
Bakal matahari sempurna, keperakan untuk esok yang
renta..
Purnama nanti aku memelukmu meminjam sayap merpati.,
Kau akan mengerti rinduku yang belum terobati,
Hingga bulu-bulu memenuhi haribaanmu aku tetap mendekap, aku
tak ingin kaumengerti,
Jika kau mengerti, aku pura-pura kautak mengerti,
Meski mengerti sedang berpura-pura, kuanggap kau tetap
tak mengerti,
Tetaplah kaudengan rinduku tak mengerti.
“Kapan lagi aku bisa memejamkan
mata dan kauterlihat tanpa batas denganku.,
Kuceritakan keraguan dan
yakinku, rebah dalam lembutmu dan mengurai senyum yang entah karena apa..
Menjadi diriku adalah dirimu
meski tak mungkin seperti itu.,
Bukankah kita telah menyatu
sebelum jamah menyentuh kasat mata.,?”
“Seandainya aku yakin untuk merebahkan
keyakinanku pada keyakinanmu, bisakah kaumeyakinkan bahwa keyakinanku itu tak
keliru?
Seandainya aku memberi ruang untukmu dalam
sebagian kontrak hidupku, bisakah kaumemberi ruang yang sama luasnya, dalam celah-celah
waktumu?”
“titik [.] seperti dia
kauhentikanku menikmati detik,
Aku mencari segala celah
waktuku menemukanmu tanpa ketik,
Tanpa spasi menjagamu dalam
terdekat,
Tanpamu tak akan kumulai lagi
satu kalimat.”
Selimuti, aku kedinginan..
Seakan malam balas dendam
padaku membiarkan aku merindu,
Dan kau sambil begitu
indah menyusupi mimpiku,
Pagi ini aku
mengingat-ingat semestinya, itu bukan mimpi,
Kau begitu nyata,
Aku yakin itu dirimu,
Karena kusentuh jemarimu,
Kugenggam tanganmu,
Kurangkul
Kupeluk
Kudekapkan ke tubuhku
Kutebarkan rinduku,
Kau
nyata begitu..
Lebih nyata mampang dalam mimpiku kaumenjelang,
Bak fajar mampu kukejar,
Lepas semua tabir aku tak tahu kenapa kaubertakbir,
Apa kau lebih khusu’ ber’telanjang’di mataku yang
nyalang..?
Memudar di bantal-bantal sandarku pada impian,
Aku lebih sadar dari terjaga mimpi kesekian,
Jika aku punya sayap bukankah itu khayalan, Sayang?
Jika aku bisa terbang pasti kauanggap itu bualan,
Sayang..
Padahal aku yakin rasa ini: sayang.
Lanjut Ke >>>BAG V
Tidak ada komentar:
Posting Komentar